Sejak pandemi covid-19 diumumkan oleh pemerintah RI di bulan Maret 2020, membuat banyak pihak menjadi gelisah. Ini disebabkan adanya pembatasan pergerakan manusia. Di kota-kota besar dilaksanakan mulai pembatasan sosial berskala kecamatan (PSBK) sampai pembatasan Sosial berskala besar ( PSBB). Kebetulan saya tinggalnya di kota Makassar, pada saat PSBB, jalanan yang selama ini macet oleh kendaraan tiba-tiba sepi. Perbatasan kota antara Makassar-Maros dan Makassar_Gowa dijaga ketat oleh aparat keamanan. Bagi mereka yang tidak bisa menunjukkan surat tugas/keterangan dari kantornya maka disuruh balik kembali ke rumahnya. Pada saat itu, sekolah, kampus, restoran, mall, warung makan, tempat wisata, hotel dll yang selama ini tempat berkumpulnya orang banyak ditutup/dibatasi jam operasionalnya. Bahkan Bandara Sultan Hasanuddin ditutup untuk sementara bagi penerbangan komersial ( sumber : https://travel.kompas.com/read/2020/04/24/120000627/bandara-sultan-hasanuddin-makassar-hentikan-sementara-penerbangan-komersial
Wabah ini sudah banyak memakan korban, baik dari pihak tenaga kesehatan maupun masyarakat. Pemerintah pun banyak mengeluarkan aturan diantaranya, tes rapid bagi mereka yang ingin bepergian baik dengan kendaraan laut, maupun naik pesawat terbang. Kebetulan saya mendapat undangan kemdikbud untuk ikut workshop di salah satu hotel Jogjakarta selama 6 hari lamanya. Salah satu syarat untuk ikut workshop ini adalah wajib melampirkan rapid test. Sayapun pergi ke sebuah klinik di kota Makassar untuk rapid test dengan biaya Rp. 150.000,-. Alhamdulillah hasilnya (negatif) tidak reaktif. Hati lega, walaupun sebelum rapid test agak gusar juga. Senin lalu (14 desember 2020) terbang dengan menggunakan pesawat Lion tujuan Jogjakarta ( Makassar – Jogjakarta) yang ditempuh selama kurang leboh 2 jam lamanya. Selama penerbangan, pesawat agak sedikit berguncang, maklum lagi musim hujan.
Hari itu, tiba di bandara Internasional Jogjakarta Kulon progo dan langsung memesan grab car menuju Hotel Alana Malioboro. Setelah tiba di Hotel, sayapun registrasi ke panitia dan mengambil kunci kamar. Malamnya diadakan pembukaan.
Setelah 5 hari kegiatan dan sudah memesan tiket untuk balik ke kota daeng, hati pun senang. Namun, di hari jum’at tanggal 18 Desember 2020 sekitar pukul 15.00 WIB, Gubernur Jogjakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X mengadakan konferensi pers dan menyatakan bahwa setiap orang yang ingin masuk maupun keluar Jogjakarta wajib Rapid test antigen ( https://www.cnnindonesia.com/nasional/20201218154247-20-583918/sultan-keluar-masuk-yogyakarta-wajib-rapid-antigen-atau-swab)
Seluruh peserta kegiatan yang berasal dari seluruh Indonesia langsung bereaksi. Ada yang mengatakan “bakalan nih kita lama di jogja”. Saya bersama kawan dari kalimantan Barat dan sumsel langsung komunikasi dan berkoordinasi ke Panitia penyelenggara (Kemdikbud). Mereka mengatakan bahwa, silakan bapak cari tempat rapid test antigen, nanti pihak penyelenggara akan mengganti biayanya. Kamipun langsung menghubungi rumah sakit Universitas Islam Indonesia ( Rs. UII) beralamat Jl. Srandakan No.KM, RW.5, Jodog, Wijirejo, Kec. Pandak, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta 55761. ( https://rsuii.co.id/).
Bersama kawan-kawan, salah satu diantaranya memesan mobil via in driver. Tak lama kemudian, mobil datang menjemput di hotel Alana dan langsung menuju ke RS.UII. Selama perjalanan, kami berempat was-was tentang rapid test antigen ini. Persoalannya, pengambilan sampel dari sekresi hidung dan tenggorokan. Administrasi di RS.UII cepat, kamipun langsung menuju tempat pengambilan sampel. Rasanya agak “sakit” sampai mengeluarkan air mata. Untuk pertama kalinya, saya tes covid-19 dengan metode tes usap. Kira-kira 1 jam lamanya kami di RS, hasil rapid test antigen pun keluar hasilnya. Syukur alhamdulillah kami berempat hasilnya negatif. hati menjadi tenang dan segera meluncur kembali ke hotel. Bisa tidur nyenyak malam ini.