Mancing bagian-3

 

Tak terasa sudah hari ke-3 saya turun mancing bersama kakak di laut polewali. Hatiku sangat senang, karena sudah 1 tahun lebih baru ada kesempatan mancing di kampung halaman.


 

 
 
Malam sebelum mancing hari ke-3, peralatan mancing sudah dipersiapkan dengan baik. Mulai dari tali pancing beserta mata pancing, konsumsi selama di laut yakni, krupuk peyek, roti dan buras 😊😊. Minuman wajib adalah kopi yang dimasukkan ke dalam wadah botol air mineral dan tentu saja air minum.
 
 
 
Setelah persiapan di atas dicek satu persatu, akupun beranjak ke peraduan. Tepat pukul 04.20 Wita, akupun terbangun dan pergi ke masjid dekat rumah yang jaraknya hanya 1 meter 😊😊. Setelah shalat subuh berjamaah, berdzikir dan berdo’a kepada Allah SWT. Salah satu isi do’a saya adalah meminta keselamatan selama memancing di laut dan tentu saja do’a memohon rejeki ikan yang banyak.
 
 
 
Bersama dengan para nelayan lokal dekat rumah ibuku, kami secara bergotong-royong mendorong perahu di darat menuju ke laut. Setiap perahu biasanya didorong sekitar 3 sampai 4 orang, tergantung ukuran dan bobot masing-masing perahu sandeq. Budaya gotong royong masih sangat kental diantara nelayan di Polman pada khususnya dan sulbar pada umumnya. Bahkan kemungkinan besar di daerah nelayan seluruh Indonesia masih subur rasa gotong royong tersebut.
 
 
 
Setelah mesin katinting dinyalakan, perahu kamu menuju spot di area sekitar pantai mampie yang jaraknya dari pantai sekitar 1000 meter dengan kedalalaman laut sekitar 20 sampai 30 meter.
 
 
Kamipun tiba di lokasi yang dituju dengan waktu tempuh sekitar 30 menit dari tempat kami memarkir perahu. Alat pancing berupa jengki-jengki ( istilah nelayan di pasar baru) kami turunkan. Tak lama kemudian, ikan menyambar mata pancing kami. Yang duluan menarik ikan cepa adalah kakak disusul saya. Ukuran ikannya panjang sekitar 40 cm dan lebar 30 cm. Kalau mau ditimbang sekitar 0,4 kg. Alhamdulillah di tempat tersebut kami memperoleh ikan cepa 12 ekor.
 
 
 
Selang 2 jam kemudian, kamipun beranjak ke spot ikan yang lain namanya “killing”. Sehari sebelumnya, adik saya memperoleh ikan sebanyak 30 ekor dengan berbagai jenis ikan karang. Sebagian dikonsumsi dan sebagian dijual untuk membeli BBM (premium).
 
Suasana spot kedua sepi. Kakak dan saya segera menurunkan jengki-jengki. Tak lama kemudian, umpan disambar ikan. Kakak dan saya bersamaan menarik tali pancing. Ada 2 ikan cepa’ di alat pancing kakak Saya sendiri hanya satu ikan yang tersangkut. Beberapa saat kemudian, nelayan dekat rumah datang dan memancing ikan di spotify yang sama. Ternyata, ikan yang dia peroleh lebih banyak dari saya… 😀😀😀 (maaf, pemancing amatiran)
 
 
 
Saya bertanya ke kakak, “pukul berapa sekarang? “. Dia pun menjawab ” Pukul 11.30 Wita”. Saya menyarankan agar pulang saja, karena sudah hampir masuk shalat dzuhur. Tapi sebelum kami pulang, singgah sejenak di spot ketiga, yang menurut nelayan sehari sebelumnya ada beberapa nelayan yang memperoleh ikan banyak di spot tersebut. Aku dan kakak menurunkan jengki-jengki, tak lama berselang mata pancing saya disambar ikan. Ada 1 ekor ikan cepa yang saya naikkan di spot ketiga tersebut.
 
 
Setelah melihat cuaca ke laut lepas, nampak awan hitam bergerombol menuju ke pantai. Itu tandanya tak lama lagi akan turun hujan disertai angin yang cukup kencang. Konsekuensinya, ombak akan besar. Ini sangat membahayakan perahu kecil kami. Sudah ada beberapa nelayan yang hilang karena cuaca yang ekstrem.
 
 
Polewali, 28 Desember 2020
Basri Lahamuddin
Anak Nelayan

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *